Aktivitas pembelian merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Setiap harinya, kita pasti melakukan pembelian baik untuk kebutuhan primer, sekunder, atau bahkan tersier.
Hal yang sama juga berlaku bagi perusahaan yang dalam menjalankan operasionalnya, tidak dapat lepas dari aktivitas pembelian, baik pembelian bahan baku produksi maupun barang pendukung operasional lainnya.
Namun, ada 1 (satu) hal yang membedakan aktivitas pembelian kita dan perusahaan, yaitu pembuatan dokumen bernama PO (Purchase Order).
Baca Juga:
Pahami 2 Metode dalam Mencatat Persediaan Barang Dagang!
10 Perusahaan Big Ten Kantor Akuntan Publik Paling Prospektif untuk Lulusan Akuntansi
Contoh Buku Besar Perusahaan Jasa, Lengkap dengan Penjelasannya!
PSAK 73 Sewa dan Dampaknya bagi Perusahaan
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kita tidak perlu membuat PO. Kita hanya perlu pergi ke supermarket atau pasar terdekat dan membeli barang yang kita butuhkan. Sebaliknya, perusahaan perlu membuat dokumen PO sebelum melakukan aktivitas pembelian apapun.
Baca Juga:
Bagaimana Cara Menghitung Payroll Gaji Karyawan?
Cara Membuat Laporan Keuangan
Stock Opname: Pemahaman dari Sudut Pandang Operasional dan Audit
Bagaimana Cara Membuat Jurnal Penutup dalam Siklus Akuntansi?
Mengapa demikian? Mengapa perusahaan harus membuat dokumen PO terlebih dahulu? Bukankah akan lebih efisien dari segi waktu jika perusahaan langsung membeli barang yang diinginkan?
Tidak seperti pembelian kebutuhan hidup sehari-hari, perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang tinggi. Dengan demikian, harga yang harus dibayarkan perusahaan untuk aktivitas pembelian ini pun akan jauh lebih tinggi dibandingkan pembelian kita sehari-hari.
Setelah PO dibuat dan diberikan kepada supplier, maka PO menjadi kontrak tertulis antara perusahaan dan supplier. PO berfungsi sebagai dokumen yang merekam transaksi pembelian secara detail.
Untuk memenuhi fungsinya ini, pada umumnya dokumen PO memiliki informasi sebagai berikut:
Pemberian nomor PO memudahkan perusahaan dalam membuat rekapitulasi PO. Rekapitulasi PO yang terstruktur dengan rapi dapat membuat manajemen perusahaan membuat keputusan berbasis data (data-drived decision making) dengan lebih tepat dan terarah.
Berbicara dalam lingkup perusahaan, tentu segala bentuk keputusan yang diambil manajemen menjadi sangat krusial. Selain keputusan, perusahaan juga dapat melakukan pengendalian biaya (cost control) dan prediksi (forecasting) terkait kegiatan operasional.
Sebagai contoh, perusahaan dapat memprediksi berapa unit yang akan diproduksi di periode selanjutnya dengan mempertimbangkan berapa unit yang dibutuhkan dalam produksi periode ini, dan informasi yang menyokong aktivitas prediksi tersebut terdapat dalam PO. Sedikit kesalahan dalam keputusan dan prediksi manajemen dapat memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kegiatan operasional.
Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.
Lihat Solusi