Sebuah bisnis dapat berjalan dengan lancar serta mencapai puncak keberhasilannya jika orang-orang yang mengoperasikan bisnis tersebut dapat bekerja secara sinergis. Hubungan antar pihak-pihak yang menjalankan kegiatan bisnis ini ibarat rem motor dengan gasnya. Kalau rem-nya blong, dapat berujung kecelakaan. Begitu juga jika gas-nya rusak, bisa membahayakan pengendaranya.
Bisnis pun demikian. Di balik suatu bisnis sukses, pasti ada pihak-pihak yang bekerja dan mendorong agar kegiatan usaha terus berjalan lancar. Supaya tidak macet, diperlukan juga ‘pelumas’ berupa strategi, manajemen, dan model bisnis yang mempermudah orang-orang di dalamnya untuk dapat bekerja secara efektif dan sinergis dalam mencapai goals tertentu.
Salah satu model bisnis yang akhir-akhir ini sering digunakan dan terkenal efektif membantu pencapaian goals adalah model bisnis kanvas (Bahasa Inggris: Business Model Canvas atau BMC.) Pada dasarnya, BMC merupakan kerangka kerja yang berguna sebagai acuan dalam menunjang jalannya bisnis ke depan. Model bisnis ini membantu para pelaku bisnis untuk memetakan ide-ide bisnis mereka agar lebih rapi, jelas, dan terstruktur.
Baca Juga:
Perbedaan Customer, Consumer, dan Client
Inilah Jobdesk Supervisor yang Perlu Anda Ketahui
Surplus vs Defisit Bagi Perekonomian
6 Faktor Pengaruh Tingkat Konsumsi Masyarakat
Baca Juga: Tutorial Perencanaan Bisnis Sederhana Bagi Pemula, Simak Juga Tipsnya!
Business Model Canvas sendiri pertama kali dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan sampai saat ini memiliki 9 elemen yang dapat menunjang kelancaran bisnis, yakni value proposition, customer segment, channels, customer relationship, revenue streams, key resource, key activities, key partnership, dan cost structure.
Baca Juga:
Perusahaan rintisan tawarkan bantuan laporan pajak
Bantu Pemerintah, Startup Ini Tawarkan Jasa Penghitungan Pajak
Platform Konsultanku Optimistis Dorong Penerimaan
Mau tau cara menghemat pajak bisnis kamu?
Value Proposition adalah elemen yang pertama kali kita tentukan. Sederhananya, value proposition ini merupakan nilai jual produk/jasa yang membuat konsumen akan lebih memilih produk/jasa buatan kita daripada produk/jasa serupa yang dibuat perusahaan lain. Untuk itu, kita harus memastikan: Apakah produk/jasa yang kita keluarkan betul-betul menjadi solusi atas permasalahan masyarakat?
Value Propositions berkaitan langsung dengan customer segments. Setelah menjadikan produk/jasa kita sebagai solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat, selanjutnya kita menentukan karakter masyarakat seperti apa yang cocok untuk menjadi target pemasaran produk/jasa milik kita. Segmentasi target pemasaran dapat ditentukan berdasarkan usia, gender, budaya, hobi, maupun tingkat konsumsinya.
Selesai menentukan target pasar, hal berikutnya yang harus dicari tahu adalah cara untuk melobi (mendekati) konsumen. Misalnya, kita menjual produk kecantikan dan target pasarnya mencakup wanita usia 18-25 tahun. Maka, cara termudah untuk menjangkau calon konsumen kita adalah dengan melakukan promosi lewat channel-channel kecantikan yang kemungkinan sering dikunjungi wanita jenjang usia 18-25 tahun.
Pada bagian customer relationship, sempat dibahas mengenai channel. Barangkali teman-teman pembaca juga bertanya-tanya: Apa itu channel?
Channel merupakan tempat ‘pertemuan’ produk kita dengan konsumen. Untuk memungkinan terjadinya ‘pertemuan’ antara konsumen dengan produk milik kita, maka penting untuk menentukan tempat mana yang paling tepat untuk memasang iklan produk kita.
Key activities adalah rincian rencana aktivitas bisnis yang dijalankan setiap harinya agar dapat mencapai value propositions. Key activities mencakup jawaban akan pertanyaan seperti:
Aktivitas bisnis seperti apa yang dapat diterapkan untuk memuaskan konsumen?
Bagaimana cara dan alur distribusi produk?
Apakah harus mempekerjakan tenaga ahli untuk menjalankan kegiatan perusahaan?
Resource artinya sumber daya. Namun, jangan salah paham dulu. Sumber daya yang dimaksud bukan cuma mencakup tenaga kerja dan ahli yang sesuai. Resource di sini juga termasuk aset-aset benda mati yang diperlukan untuk menjalankan bisnis seperti laptop, kantor, listrik, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Mari Berkenalan dengan Pitch Deck Sebelum Memulai Startup
Agar dapat mencapai value propositions lebih cepat, kita juga butuh partner yang bisa dan mau diajak bekerja sama untuk mencapai tujuan masing-masing.
Misalnya, kita memiliki usaha salon rambut. Nah, kita dapat mengajukan partnership kepada supplier yang bersedia mendistribusikan produk-produk perawatan rambut berkualitas bagus.
Merupakan gambaran skema finansial yang nantinya digunakan untuk membiayai kegiatan operasional bisnis kita, seperti perkiraan besaran gaji tenaga kerja dan perkiraan biaya produksi serta distribusi produk.
Gampangnya, revenue streams ini adalah gambaran aliran pendapatan dari bisnis yang dijalankan. Dari sanalah dapat diketahui perkiraan besaran pemasukan yang sudah dikurangi dengan berbagai biaya pengeluaran.
Demikian pembahasan mengenai business model canvas atau BMC sekaligus 9 elemen yang menjadi pondasi dasarnya. Perlu diingat bahwa kesembilan elemen yang telah disebutkan di atas, nantinya akan membentuk sebuah hubungan timbal-balik yang saling memengaruhi satu sama lain secara bersinergi.
Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.
Lihat Solusi