Di seluruh perbincangan mengenai perkembangan ekonomi, GDP adalah salah satu elemen yang selalu menjadi kata kunci. Apa itu GDP? Mengapa GDP selalu hadir dalam setiap diskusi maupun analisa perkembangan ekonomi, baik untuk lingkup domestik maupun internasional?
GDP merupakan singkatan dari Gross Domestic Product yang menyatakan nilai pasar (market value) seluruh barang/jasa final (final goods/services) yang diproduksi di suatu negara. Dalam menghitung GDP, perlu diperhatikan perbedaan antara final goods/services dengan intermediate goods/services yang merupakan barang/jasa yang dibutuhkan dalam proses produksi final goods/services. Perlu diperhatikan bahwa perhitungan GDP hanya melibatkan final goods/services, sehingga konsep value-added (nilai tambah) di setiap tahap produksi menjadi sangat krusial untuk dipahami.
Baca Juga:
Perbedaan Customer, Consumer, dan Client
Inilah Jobdesk Supervisor yang Perlu Anda Ketahui
Surplus vs Defisit Bagi Perekonomian
6 Faktor Pengaruh Tingkat Konsumsi Masyarakat
Membedakan konsep final goods/services dengan intermediate goods/services penting untuk menghindari adanya perhitungan ganda (double counting) dalam GDP. Sebagai contoh, dari ilustrasi di atas, jumlah seluruh harga pasar barang yang dihasilkan adalah sebesar 10.000 (1.000 + 3.000 + 6.000). Sedangkan, total seluruh value-added adalah sebesar 6.000 (1.000 + 2.000 + 3.000), yang sesuai dengan harga pasar final goods/services.
Baca Juga:
Perusahaan rintisan tawarkan bantuan laporan pajak
Bantu Pemerintah, Startup Ini Tawarkan Jasa Penghitungan Pajak
Platform Konsultanku Optimistis Dorong Penerimaan
Mau tau cara menghemat pajak bisnis kamu?
Meskipun GDP menyatakan nilai pasar seluruh final goods/services yang diproduksi di suatu negara, terdapat barang/jasa yang tidak diperhitungkan dalam GDP, yaitu:
Penjualan Barang Bekas (Second Hand Sales) karena barang-barang ini sudah diperhitungkan di GDP pada saat barang tersebut diproduksi (saat barang tersebut masih baru). Meskipun begitu, komisi yang diperoleh agen penjual akan dimasukkan dalam perhitungan GDP, karena pendapatan tersebut baru diperoleh di periode sekarang.
Aset Keuangan seperti saham atau obligasi.
Public Transfer Payment seperti dana pensiun dan BPJS.
Perbincangan mengenai GDP seringkali melibatkan apa yang disebut GNP (Gross National Product). Perbedaan di antara kedua terletak pada cakupan perhitungan final goods/services. Huruf D pada GDP adalah Domestik, yang berarti seluruh final goods/services yang diproduksi di suatu negara. Hal ini juga berlaku untuk perusahaan asing yang beroperasi di negara tersebut. Sedangkan huruf N pada GNP merupakan kepanjangan dari National, yang berarti seluruh final goods/services yang diproduksi oleh negara tertentu.
Sebagai contoh, final goods/services yang dihasilkan perusahaan Amerika Serikat di Indonesia akan dimasukkan dalam perhitungan GDP Indonesia (karena perusahaan tersebut beroperasi di Indonesia), namun untuk GNP Amerika Serikat (karena diproduksi oleh perusahaan asal Amerika Serikat).
GDP adalah konsep yang paling sering digunakan untuk mengukur perkembangan ekonomi suatu negara. Karena perhitungan GDP dilakukan oleh masing-masing negara dengan mata uang yang berbeda-beda, maka perbandingan GDP menjadi sedikit lebih rumit. GDP perlu terlebih dahulu dikonversikan ke common currency (US Dollar) yang pada umumnya dilakukan dengan menggunakan kurs jual/beli (foreign exchange rates). Meskipun begitu, tindakan konversi ini dapat menimbulkan kerancuan terkait nilai final goods/services yang sebenarnya. Sehingga, untuk melakukan perbandingan GDP antar negara, digunakanlah konsep PPP (Purchasing Power Parity).
PPP adalah besarnya nilai tukar untuk mengkonversi suatu mata uang asing dalam rangka melakukan pembelian barang/jasa yang sama. Dasar dari konsep PPP adalah teori LOP (Law of One Price) yang menyatakan bahwa kondisi pasar yang kompetitif akan menyebabkan harga barang/jasa menjadi sama di 2 (dua) negara yang berbeda apabila barang/jasa tersebut diekspresikan dengan mata uang yang sama. Perlu diingat bahwa biaya transportasi maupun biaya transaksi lainnya tidak diperhitungkan dalam LOP.
Selain PPP, para ekonom juga menggunakan konsep RPPP (Relative Purchasing Power Parity) yang pada esensinya adalah perkembangan dari PPP. RPPP menghubungkan tingkat inflasi antar 2 (dua) negara dengan kurs jual/beli di antara keduanya. Menurut konsep RPPP, inflasi akan mengurangi daya beli (purchasing power) mata uang di suatu negara. Sebagai contoh, apabila suatu negara memiliki tingkat inflasi tahunan sebesar 10%, maka mata uang negara tersebut akan melemah sebesar 10%.
Perhitungan GDP periode berjalan dilakukan dengan menggunakan current/nominal price. Sehingga, GDP periode berjalan dengan periode sebelumnya tidak dapat langsung dibandingkan tanpa memperhitungkan penyesuaian di antara keduanya. Untuk mengatasi hal ini, current/nominal GDP perlu disesuaikan dengan tingkat inflasi (constant price). Sehingga, penyebab perubahan pada nilai barang/jasa dapat diketahui, apakah karena produksi mengalami pengingkatan/penurunan atau karena kenaikan harga. Pada umumnya, untuk mengubah current price menjadi constant price, ekonom menggunakan apa yang disebut Price Deflator.
Terdapat 3 (tiga) pendekatan untuk menghitung GDP, diantaranya adalah:
Pendekatan Produk (Product Approach) yang memperhitungkan harga pasar (market value) seluruh final goods/services. Perhitungan GDP dengan pendekatan ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
GDP: P1.Q1 + P2.Q2 + Pn.Qn
P: Price (Harga)
Q: Quantity (Kuantitas)
Sebagai contoh, apabila final goods/services yang diproduksi di suatu negara terdiri dari barang-barang sebagai berikut, maka GDP yang akan dihasilkan adalah:
Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) yang memperhitungkan pengeluaran di seluruh sektor perekonomian. Perhitungan GDP dengan pendekatan ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
GDP: C + I + G + (X – M)
Dengan penjelasan sebagai berikut:
C (Consumption by Households) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi barang/jasa.
I (Investment) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh modal (contoh: bangunan, mesin, infrastruktur).
G (Government Purchases) yang merupakan segala biaya yang dikeluarkan oleh badan pemerintah.
X (Export) yang merupakan kegiatan penjualan barang ke luar negeri.
M (Import) yang merupakan pembelian barang dari luar negeri.
Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yang memperhitungkan pendapatan yang diperoleh dari proses produksi final goods/services. Perhitungan GDP dengan pendekatan ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
GDP: W + R + I + P
Dengan penjelasan sebagai berikut:
W (Wages) merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja.
R (Rent) merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penyewaan.
I (Interest) merupakan pendapatan yang diperoleh dari investasi modal.
P (Profit) merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan operasional.
Untuk lebih memahami konsep GDP, maka Circular Flow Diagram -yang seringkali digunakan untuk menggambarkan GDP- di bawah ini dapat memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai arus pergerakan pendapatan dan pengeluaran di suatu negara.
Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.
Lihat Solusi