Saat ini, Anda tentu mengenal 4 nama Kantor Akuntan Publik (KAP) terbesar di dunia yang meliputi Ernst & Young (EY), Deloitte, PricewaterhouseCoopers (PWC), dan KPMG. Keempatnya kemudian disebut sebagai The Big 4 Company. Namun, bagaimana jika Anda dihadapkan pada kenyataan bahwa The Big 4 Company tadinya adalah The Big 5?
Arthur Andersen mulanya merupakan salah satu dari lima audit dan partner akuntansi terbesar di dunia yang didirikan dan berbasis di Chicago. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen dan rekannya, Clarence DeLany. Selama rentang waktu hampir 90 tahun, Arthur Andersen dikenal sebagai salah satu kantor akuntan terbesar di Amerika Serikat, bersama dengan Deloitte & Touche, PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young, dan KPMG. Akan tetapi, pada akhirnya kejayaan tersebut harus berakhir setelah terjadinya sebuah kasus yang melibatkan Enron Corporation.
Kejatuhan Arthur Andersen dimulai setelah terjadinya skandal yang disebabkan oleh adanya penyimpangan akuntansi dan audit. Skandal tersebut memberikan kerugian yang sangat jauh dari kata sedikit, yakni $74 miliar. Tak hanya itu saja, skandal memalukan itu juga membuat banyak karyawan mesti rela kehilangan pekerjaan mereka.
Baca Juga:
5 Rekomendasi KAP di Jakarta, Lengkap dengan Alamat dan Kontaknya!
Skandal Top Tier Maskapai Penerbangan Indonesia: Fraud Garuda Indonesia
Industri Kecil Menengah dan Usaha Kecil Menengah: Pengertian, Contoh, dan Perbedaannya
Masuk IPO, Ini Profil PT Solusi Kemasan Digital!
Kasus itu pertama kali merebak ke permukaan pada tahun 2001, tepatnya bulan Desember, ketika sebuah perusahaan energi yang berbasis di Houston bernama Enron Corporation mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di pengadilan New York, Amerika Serikat. Padahal, setahun sebelumnya, Enron masih berada dalam puncak kesuksesan; perusahaan tersebut membukukan pendapatan sebesar 111 miliar dollar AS dan memiliki karyawan yang mencapai jumlah 21.000 orang. Akan tetapi, keadaan mulai berubah ketika harga saham perusahaan menurun drastis, dari yang semula berada di angka 90,75 menjadi hanya sebesar 0,26 dollar AS saja.
Kenneth Lay, sebagai salah satu CEO, tentu mesti mengambil tindakan; ia menjual saham Enron-nya dalam jumlah besar dan mendorong pegawai-pegawainya untuk membeli lebih banyak lagi saham. Hingga akhirnya, hasil yang didapat justru sama sekali tidak positif; harga saham Enron tetap tak terselamatkan, sementara rekening tabungan para karyawannya pun terus merosot.
Pada akhir tahun, nasib Enron masih tak kunjung membaik; perusahaan tersebut sudah merugikan investor hingga jumlah yang mencapai miliaran, melikuidasi sekitar 2,1 miliar dollar AS, serta masih banyak kenahasan-kenahasan lainnya. Kemudian, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan, diketahui bahwa Enron Corporation sudah menggelembungkan pendapatannya dengan cara menyembunyikan kerugian dan segala macam utang di anak perusahaan mereka.
Sampai akhirnya, pemerintah Amerika Serikat mengambil langkah tegas; Kenneth Lay dan Jeffrey Keith Skilling, sebagai CEO perusahaan, masing-masing dijatuhi hukuman pidana. Pada Juli 2004, Skilling didakwa atas 35 tuduhan perdagangan orang dalam, penipuan, dan konspirasi. Sementara itu, nasib Lay juga sama mengenaskannya; ia didakwa dengan kasus kejahatan serupa sekitar dua tahun setelah rekannya tersebut, yakni tepatnya pada 30 Januari 2006 di Houston. Enron Corporation sendiri harus mengalami keruntuhan pada kuartal ketiga tahun 2001–tercatat sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
Baca Juga:
4 Merek ini Melakukan Branding Bisnis dengan Ciri Khas Negara Lain!
Skandal Top Tier Maskapai Penerbangan Indonesia: Fraud Garuda Indonesia
Pungutan Liar dan Retribusi Parkir: Pengunjung Minimarket Harusnya Parkir Gratis!
Terjerat Money Laundering, Founder Bitzlato Ditangkap!
Lantas, di manakah peran KAP Arthur Andersen dalam kasus tersebut? Jawabannya terdapat pada hasil penyelidikan yang menyebutkan bahwa auditor perusahaan tersebut dinyatakan bersalah karena telah menghancurkan dokumen yang memberatkan Enron Corporation dengan sengaja. Hal itu pun membuat Arthur Andersen mengalami nasib yang sama mengenaskannya seperti Enron; mereka harus rela gulung tikar pada tahun 2002 setelah 90 tahun berdiri kokoh sebagai salah satu KAP terbesar di dunia.
Setiap tragedi pasti memiliki hikmah yang dapat dipetik. Dari kebangkrutan KAP Arthur Andersen, ada beberapa nilai penting yang dapat dijadikan pelajaran. Tragedi tersebut mengajarkan kita akan beberapa hal yang harus diwaspadai dan juga disadari dalam menjalani dunia bisnis. Apa sajakah pelajaran-pelajaran tersebut?
Pelajaran pertama yang dapat dipetik adalah tak ada yang abadi di dunia ini. Sesuatu yang tadinya dianggap akan bertahan selamanya, pada akhirnya pasti akan menemui akhir. Tak ada yang menyangka bahwa KAP sebesar Arthur Andersen akan menemui kebangkrutan. Setiap orang berpikir bahwa perusahaan yang sebegitu suksesnya tentu akan terus bertahan dan tak goyah diterpa angin persaingan. Namun, apa yang akhirnya terjadi? Setelah mampu terus bertahan selama hampir satu abad, KAP tersebut mesti rela gulung tikar dan mengalami kerugian yang teramat besar. Maka dari itu, kita jadi mengerti bahwa di dunia ini tak ada satu hal pun yang abadi.
Pelajaran kedua yang dapat dipetik adalah uang bukanlah segalanya. Memang, tak dapat dimungkiri bahwa dengan mempunyai banyak uang, seseorang dapat membeli banyak hal yang tentunya, mendatangkan kebahagiaan. Akan tetapi, uang yang berlimpah tidak akan berarti apa-apa jika itu justru membawa kehancuran. Dalam kasus Arthur Andersen, mungkin perusahaan tersebut dilihat sebagai sebuah KAP yang sukses dan menghasilkan banyak uang. Namun, pada akhirnya justru uang pulalah yang menjadi awal kebangkrutan dan kehancuran mereka. Jika itu yang terjadi, tampaknya uang tidak melulu selalu dapat mendatangkan kebahagiaan. Terkadang, uang juga dapat menjadi penyebab hancurnya seseorang.
Pelajaran ketiga yang dapat dipetik adalah peringatan bahwa kita harus terlebih dahulu melihat rekam jejak KAP sebelum memutuskan untuk menggunakan jasanya. Tindakan ini merupakan langkah pencegahan; jangan sampai suatu hari nanti terjadi hal buruk dikarenakan kecerobohan kita yang tidak berhati-hati dalam memilih KAP. Sebelum benar-benar memutuskan untuk menjalin kerja sama, pastikan kita telah memeriksa track record mereka; apakah perusahaan tersebut sudah beroperasi dalam waktu yang cukup lama; apakah perusahaan tersebut pernah mengalami suatu skandal atau terjerat kasus di masa lalu, dan lain-lain. Pada intinya, kita harus berhati-hati agar tidak salah memilih KAP seperti yang dialami oleh Enron Corporation.
Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.
Lihat Solusi