Memahami Historical Cost dan Bedanya dengan Fair Value

Historical cost adalah suatu konsep perhitungan nilai aset yang terdapat di dalam prinsip akuntansi. Meskipun memberi banyak manfaat, prinsip biaya historis masih kerap dipertimbangkan karena kurang mampu dalam menjelaskan kondisi keuangan yang sebenarnya. Untuk mengatasi kekurangan historical cost dalam laporan keuangan, terdapat alternatif penilaian lain, yaitu fair value Lantas, apa yang membedakan antara historical cost dan fair value? Melalui artikel ini, Konsultanku akan membahas tentang historical cost dalam akuntansi dan aspek pembedanya dengan fair value.

an image

Apa itu Historical Cost?

Historical cost adalah suatu konsep perhitungan nilai yang merujuk pada sebuah nilai pada aset dalam laporan keuangan. Secara umum, prinsip biaya historis ini digunakan dalam laporan keuangan dan menjadi bagian dari prinsip yang berlaku secara umum atau yang dikenal dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

 

Historical cost dalam akuntansi mengacu pada jumlah uang yang sebenarnya dikeluarkan untuk memperolehnya, termasuk biaya perolehan, pengangkutan, dan pengaturan aset tersebut. Nominal ini akan tercantum sebagai nilai dari suatu aset dalam neraca perusahaan. Hal ini selaras dengan proses pencatatannya di mana sebagian besar aset jangka panjang milik perusahaan yang tercantum dalam laporan neraca tercatat berdasarkan biaya historisnya.

Baca Juga:
Pahami 2 Metode dalam Mencatat Persediaan Barang Dagang!
10 Perusahaan Big Ten Kantor Akuntan Publik Paling Prospektif untuk Lulusan Akuntansi
Contoh Buku Besar Perusahaan Jasa, Lengkap dengan Penjelasannya!
PSAK 73 Sewa dan Dampaknya bagi Perusahaan

 

Dengan mendasarkan penilaian pada biaya historis, akuntansi menawarkan suatu pendekatan yang konservatif dan objektif serta memfasilitasi keandalan laporan keuangan. Prinsip ini memberikan kejelasan dan keteraturan dalam pelaporan keuangan sehingga menciptakan dasar akuntansi yang stabil dan dapat diandalkan.

 

Dalam praktiknya, prinsip biaya historis memiliki beberapa poin penting yang perlu diperhatikan, antara lain:

Baca Juga:
Bagaimana Cara Menghitung Payroll Gaji Karyawan?
Cara Membuat Laporan Keuangan
Fungsi dan Pentingnya Purchase Order Bagi Bisnis
Stock Opname: Pemahaman dari Sudut Pandang Operasional dan Audit

  1. Biaya historis yang ada di dalam suatu aset akan mengacu pada harga beli ataupun nilai moneter yang aslinya.

  2. Untuk dasar prinsip biaya historis, transaksi bisnis akan lebih cenderung mencatat berbagai biaya perolehan asli.

  3. Prinsip yang terdapat di dalam historical cost juga akan memperhitungkan dan juga mencatat seluruh aset perubahan dengan harga atau biaya asli, ataupun harga pembelian yang tercatat di dalam neraca, beserta akan berlaku juga untuk pencatatan pada kewajiban.


Perbedaan antara Historical Cost dan Fair Value

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, prinsip historical cost memiliki kekurangan, yaitu kurang mampu menjelaskan kondisi sebenarnya. Ketidakakuratan ini terjadi karena adanya daya beli yang bisa berdampak pada laporan keuangan. Sebagai alternatif, Anda bisa menggunakan penilaian fair value untuk mengatasi kekurangan tersebut. Lalu, apa perbedaan antara historical cost dan fair value?

 

Biaya historis atau historical cost dalam akuntansi adalah suatu nilai aset yang lebih mengacu pada harga beli ataupun nilai ekonomi secara riil. Pencatatan ini bisa diperoleh dari adanya kegiatan perdagangan, penjualan hingga pembelian. Namun karena mengacu pada harga beli, pencatatan dengan biaya historis secara tidak langsung dapat memberikan dampak pada debit dan kredit di dalam pembukuan.

 

Penilaian fair value sendiri adalah harga yang diterima untuk bisa menjual suatu aset ataupun harga yang dibayar untuk bisa mengalihkan suatu liabilitas di dalam suatu transaksi antar setiap pelaku pasar serta pada tanggal pengukurannya. Konsep ini berkaitan erat dengan prinsip biaya yang akan mencatat harga perolehan dari utang, aset, modal dan juga biaya.

 

Kedua prinsip ini tentu memiliki kekurangan. Fair value tidak sepenuhnya bagus untuk diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan. Sebab, prinsip ini tidak memiliki reliabilitas. Sementara historical cost sendiri tidak memiliki relevansi dengan kondisi sebenarnya. Dalam prinsip tersebut, terdapat penyimpangan nilai aset dalam biaya aset atas harga pembelian secara nyata dilihat dari waktu ke waktu.

 

Contoh dari penyimpangan tersebut terlihat dari kondisi di mana seseorang yang hendak menjual gedung perkantoran seharga Rp500.000.000. Namun, 15 tahun setelah kegiatan penjualan tersebut dilakukan, harga pasaran dari gedung perkantoran ini berubah menjadi seharga Rp1.200.000.000.


Prinsip dan Cara Kerja Biaya Historis

Penerapan biaya historis tentunya akan memberikan dampak pada jalannya siklus akuntansi perusahaan, contohnya seperti dalam penyusunan laporan keuangan. Pasalnya, prinsip historical cost yang digunakan oleh perusahaan harus bisa memperhitungkan dan mencatat seluruh aset dengan harga pembelian atau biaya riil dalam neraca keuangan perusahaan.

 

Agar nilai tidak mengalami perubahan, maka setiap pengeluaran yang diperlukan pada proses perolehan aset akan masuk ke catatan nilai aset sebagai bagian dari historical cost. Dengan menetapkan dasar nilai aset dan kewajiban pada biaya historis, pihak manajemen keuangan dapat memberikan gambaran yang konsisten dan reliabel tentang kinerja keuangan suatu entitas.

 

Penerapan prinsip ini juga dapat membantu menghindari subjektivitas dalam penilaian aset dan kewajiban. Dengan begitu, pengguna laporan keuangan dapat memahami dengan jelas sejauh mana nilai aset tersebut telah berubah seiring waktu. Selain itu, prinsip historical cost juga memberikan dasar yang stabil dan konsisten untuk pelaporan keuangan untuk analisis jangka panjang dan perbandingan historis.

 

Sayangnya, prinsip ini tidak bisa mencerminkan penyesuaian harga yang terjadi secara fluktuatif di pasar sehingga akan mengakibatkan perubahan di dalam fluktuasi inflasi ekonomi. Oleh karena itu, prinsip historical cost hanya dapat digunakan sebagai dasar dari trade-off yang dilakukan secara berkelanjutan sebagai keandalan dan kegunaan di dalam suatu aset.


Contoh Aset Tetap dengan Penerapan Historical Cost

Secara umum, historical cost dalam akuntansi akan tergambarkan pada aset tetap (fixed asset) yang tercantum dalam laporan neraca. Aset tetap tersebut terbagi menjadi lima jenis, yaitu:

  1. Lahan atau tanah.

  2. Perlengkapan atau furniture.

  3. Bangunan/infrastruktur seperti kantor atau gudang.

  4. Pabrik.

  5. Alat atau mesin produksi.

 

Penerapan historical cost ini dalam laporan neraca memungkinkan perusahaan untuk dapat mencatat nilai aset tetap berdasarkan riwayat dan fakta sebenarnya. Prinsip tersebut pun dapat memberikan dasar yang objektif dan konsisten pada laporan keuangan. Agar lebih mudah memahami bagaimana cara kerja historical cost dalam laporan keuangan, simak selengkapnya dalam contoh berikut ini.

 

Perusahaan Anda saat ini sedang membutuhkan sebuah kendaraan kantor baru untuk kebutuhan akomodasi pada setiap kegiatan operasional perusahaan. Kemudian, perusahaan pun membeli sebuah mobil seharga Rp195.000.000 yang dibayar di muka. Dalam laporan neraca, pembelian ini dicatatkan nilai aset tetapnya sebesar Rp195.000.000 sebagai biaya historis.

 

Seiring berjalannya waktu pemanfaatan aset, tentunya mobil kantor akan mengalami penyusutan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti usia pemakaian, jarak penggunaan, hingga penurunan performa sparepart. Jika perusahaan memutuskan untuk menghitung dengan metode penyusutan garis lurus selama tiga tahun, maka nilai aset saat ini berubah dan kemungkinan harga mobil saat ini hanya bernilai Rp160.000.000 saja.

 

Selanjutnya, jika terjadi sebuah kejadian tidak terduga dan mobil tidak dapat digunakan kembali, perusahaan tentu akan mencari pengganti mobil tersebut. Dalam hal ini, Anda memerlukan biaya penggantian untuk jenis kendaraan yang sama. Yang perlu diperhatikan, biaya penggantian tidak sama dengan biaya saat ini karena nilai mobil telah terdepresiasi.

 

Selain biaya penggantian, Anda juga perlu memperhitungkan inflasi saat menentukan biaya. Jika perusahaan Anda sebelumnya membeli mobil pada tahun 2019, Anda perlu melakukan penyesuaian dengan inflasi yang terjadi. Jika harga mobil pada saat itu seharga Rp195.000.000, maka biaya penyesuaian dengan inflasi bisa menjadi Rp 210.000.000 pada tahun 2022.


Cara Menyesuaikan Historical Cost dalam Akuntansi

Biaya historis mencatatkan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi konservatif, yakni mencerminkan biaya sebenarnya dan tidak bisa diubah. Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian secara berkala agar memastikan bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan dari hasil pembelian aset jangka panjang atau tetap tersebut.

 

Untuk menyesuaikan nilai aset, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan konsep depresiasi aset atau penyusutan pada aset. Dalam neraca, biaya penyusutan akan terakumulasi dari waktu ke waktu dan berada di bawah harga perolehan aset. Hasil pengurangan depresiasi pada historical cost akan menghasilkan nilai aset yang tepat dan realistis sesuai dengan pemanfaatannya.

 

Cara lain untuk menyesuaikan historical cost dalam akuntansi adalah dengan cara menyesuaikan biaya historis dengan biaya penyesuaian inflasi atau biaya penggantian. Dalam hal ini, biaya penggantian adalah suatu biaya yang akan dibayar untuk mendapatkan aset yang sama. Sementara biaya penyesuaian inflasi adalah nilai penyesuaian yang meningkat atau positif dari biaya perolehan aset.


Kesimpulan

Demikianlah penjelasan mengenai historical cost dalam akuntansi dan perbedaannya dengan fair value. Prinsip historical cost adalah prinsip biaya yang bisa mempengaruhi laporan keuangan dan berhubungan dengan penentuan kebijakan perusahaan. Melalui pembahasan ini, diharapkan Anda bisa mengetahui dan mempelajari beberapa poin penting dalam menetapkan historical cost untuk membantu Anda dalam penyusunan laporan keuangan. Namun, jika Anda ingin lebih mudah dalam menyusun laporan keuangan yang akurat, gunakanlah jasa pembukuan dan laporan keuangan dari Konsultanku.

 

historical cost, historical cost adalah, historical cost dan fair value, historical cost dalam akuntansi

historical cost, historical cost adalah, historical cost dan fair value, historical cost dalam akuntansi

 

< All Blog

Butuh bantuan?

Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.

Lihat Solusi