Dunia Masuki Resesi Ekonomi, BI: Tabungan Masyarakat Menipis

Belum lama ini, Bank Indonesia merilis data tabungan masyarakat Indonesia yang didapatkan melalui survei. Hasilnya menunjukkan bahwa tabungan masyarakat mengalami penurunan. Lantas, di tengah berita krisis ekonomi berbagai negara di seluruh dunia, apa yang harus kita lakukan?

an image

 

Data Bank Indonesia: Tabungan Masyarakat Mengecil Menuju Resesi Ekonomi, Lantas Harus Apa?

Dilansir dari IDX Channel, pada Agustus 2022, Bank Indonesia mengadakan survei mengenai tabungan masyarakat. Dari survei tersebut, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tabungan masyarakat mengalami penurunan dibanding bulan lalu.

 

Penurunan ini dilihat dari persentase pendapatan konsumen yang disimpan (saving-to-income ratio) yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada Juli 2022, porsi tabungan masyarakat berada di angka 17%. Akan tetapi, angka tersebut turun ke 16,8% per Agustus 2022. Tingkat pengeluaran yang jadi acuan saving-to-income ratio berada di rentang Rp1—Rp2 juta dan Rp4,1—Rp5 juta per bulan.

Baca Juga:
Perusahaan Tidak Membayar Gaji Karyawan Boleh Dilaporkan ke Disnaker, Bagaimana Caranya?
Apa Itu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
Cara Membuat Buku Besar Perusahaan Dagang, Lengkap dengan Contoh
Jenis-jenis Laporan Keuangan

 

Penurunan porsi tabungan ini justru berbanding terbalik dengan porsi konsumsi dari pendapatan yang malah meningkat sebesar 0,2%, yakni dari 73,4% ke 73,6%. Kenaikan ini diambil dari angka rata-rata proporsi (average propensity to consume ratio).

 

Sementara itu, rata-rata pembayaran utang dan/atau cicilan (debt to income ratio) masih stagnan dengan data sebelumnya, yakni sebesar 9,6%.

Baca Juga:
Hi sahabat Konsultanku, KonsultanKu
Pentingkah Laporan Keuangan untuk UKM?
Tips Siapkan Dana Darurat
Liburan Asik dengan Budget Terjangkau

 

Mengapa Bisa Menuju Resesi?

Akhir-akhir ini, beredar banyak berita yang menunjukkan bahwa kondisi perekonomian dunia sedang tidak baik-baik saja. Untuk saat ini, meski potensi resesi belum berguncang hebat di seluruh dunia, tetapi sejumlah negara sudah mulai merasakannya.

 

Dimulai dari mata uang Yen Jepang yang terus mengalami penurunan hingga 25% dan mencapai titik terendahnya selama 24 tahun terakhir. Turki pada Agustus lalu juga mengalami kejadian serupa, mata uang Lira tercatat mengalami inflasi sebesar 80% secara year-on-year (YoY).

 

Raksasa Inggris juga memasuki jurang resesi lantaran perekonomian yang merosot. Poundsterling bahkan sempat anjlok ke titik terlemahnya sejak 19 Maret 1985. Rekor kurs terendah Inggris tahun ini menyentuh $1,13/GBP.

 

Bank Dunia menyampaikan bahwa jika bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga yang cukup ekstrim, maka dunia dipastikan resesi tahun 2023. Beberapa gejala resesi saat ini antara lain:

  1. Nilai tukar euro terhadap dolar makin anjlok,

  2. Poundsterling sempat menyentuh 1,13/GBP,

  3. Inflasi tertinggi Inggris di angka 9,9%,

  4. Krisis energi di Eropa dan efek Brexit Inggris,

  5. Suku bunga Amerika naik sebesar 300 bps sejak awal 2022,

  6. Perekonomian Cina yang pertumbuhannya negatif, dan

  7. Suku bunga acuan bank sentral yang semakin tinggi.

 

Di tengah banyaknya berita negara-negara yang memasuki jurang resesi, apa yang bisa kita lakukan untuk bertahan?

 

5 Kebiasaan Keuangan yang Harus Diterapkan untuk Bertahan di Jurang Resesi Dunia

Melansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada berbagai kebiasaan yang dapat Anda lakukan untuk bertahan dalam gempuran resesi sebagai berikut.

 

1. Mencatat semua pemasukan dan pengeluaran secara teratur

Dengan mengetahui secara rinci seluruh pemasukan dan pengeluaran serta kondisi keuangan Anda dari waktu ke waktu, maka Anda bisa menentukan kapan saat yang tepat untuk mengerem pengeluaran atau kapan bisa sedikit ‘bersantai’.

 

2. Hindari membeli apapun di luar perencanaan

Membeli sesuatu di luar perencanaan (impulsive buying) merupakan salah satu musuh utama dalam perencanaan keuangan. Hal ini yang tanpa disadari sering menggagalkan kita untuk mencapai financial goals. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan menyusun daftar barang yang dibutuhkan ketika ingin berbelanja dan selalu mengikuti daftar tersebut. Ketika muncul keinginan untuk membeli hal-hal di luar daftar, tanyakan lagi kepada diri sendiri apakah ini memang merupakan kebutuhan atau hanya keinginan sesaat saja?

 

3. Biasakan menentukan batas pengeluaran tertinggi untuk suatu barang atau kebutuhan

Misalnya, ketika Anda merasa harus membeli kado untuk teman atau menghabiskan akhir pekan dengan makan di restoran atau nonton bioskop, tentukan berapa maksimal pengeluaran yang dapat digunakan dan stick to it. Tentu, Anda tetap boleh memberikan hadiah yang berkesan kepada teman dan bersantai di akhir pekan, tetapi ingat untuk tidak overspend.

 

4. Budayakan menabung

Selalu sisihkan pemasukan yang diterima untuk berbagai keperluan di masa mendatang seperti dana pensiun dan dana darurat. Untuk dana darurat, tahan seluruh keinginan untuk menggunakan dana cadangan ini di luar peruntukannya.

 

5. Simpan uang di dompet dengan jumlah seminimal mungkin

Dengan terbatasnya uang tunai di dompet, maka dapat membantu Sobat Sikapi mengurangi impulsive buying khususnya ketika toko tersebut tidak menerima pembayaran non-tunai.

 

Itulah quick insight mengenai keadaan perekonomian dunia saat ini dan cara-cara yang dapat dilakukan mulai sekarang untuk menghadapinya. Yang terpenting, selalu ingat untuk tidak overspend dan menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung guna mempersiapkan diri di saat-saat darurat.

 

resesi ekonomi, resesi dunia, konsultasi

 

< All Blog

Butuh bantuan?

Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.

Lihat Solusi