5 Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah sandwich generation. Saking populernya, istilah ini memiliki banyak sebutan lain, seperti generasi roti lapis, generasi roti apit, generasi roti jepit hingga generasi terjepit. Terlepas dari hal itu, adakah cara yang dapat dilakukan untuk memutus generasi sandwich?

an image

 

Apa itu Sandwich Generation?

Sandwich generation adalah suatu keadaan di mana seseorang memiliki tanggung jawab double untuk menghidupi dua generasi sekaligus. Dua generasi yang dimaksud adalah generasi atas (orang tua dan/atau mertua) dan juga generasi bawah (anak kandung dan/atau cucu).

 

Pada awalnya, istilah ini diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller— seorang profesor sekaligus direktur praktikum Universitas Kentucky— di dalam jurnalnya yang berjudul “The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging”. Istilah ini pun jadi populer hingga sekarang.

Baca Juga:
Perusahaan Tidak Membayar Gaji Karyawan Boleh Dilaporkan ke Disnaker, Bagaimana Caranya?
Apa Itu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
Cara Membuat Buku Besar Perusahaan Dagang, Lengkap dengan Contoh
Jenis-jenis Laporan Keuangan

 

5 Jenis Sandwich Generation

Tahukah Anda bahwa fase sandwich generation tak hanya bisa dialami milenial saja. Namun, orang tua berusia 40 hingga 50 tahun juga berkemungkinan besar masih berada di tahap ini. Berikut 5 jenis sandwich generation yang dapat ditemui!

 

1. Traditional Sandwich

Traditional Sandwich atau Sandwich Generasi Tradisional umumnya menimpa orang tua berusia 40 sampai dengan 50 tahun. Orang yang berada di fase Traditional Sandwich terhimpit dua beban keuangan sekaligus, yakni untuk memenuhi beban anaknya yang sudah beranjak dewasa namun masih perlu dukungan finansial, serta orang tuanya sendiri yang sudah sakit-sakitan.

Baca Juga:
Hi sahabat Konsultanku, KonsultanKu
Pentingkah Laporan Keuangan untuk UKM?
Tips Siapkan Dana Darurat
Liburan Asik dengan Budget Terjangkau

 

Traditional Sandwich bisa dibilang sebagai jenis generasi sandwich yang paling umum ditemukan dalam lingkungan sehari-hari. Biasanya, para traditional sandwich masih bertempat tinggal bersama orang tua atau mertua.

 

2. Extended Traditional Sandwich

Extended Traditional Sandwich kurang lebih sama dengan Traditional Sandwich. Yang membedakan keduanya, selain menanggung biaya orang tua dan anaknya sendiri, seseorang di fase Extended Traditional Sandwich biasanya juga ikut dibebankan dengan biaya hidup kakak/adik kandungnya.

 

3. Open-Faced Sandwich

Jenis sandwich generation terakhir adalah mereka yang belum memiliki anak, tetapi terlibat dalam membiayai dan merawat orang tua. Kondisi ini cukup membingungkan karena di satu sisi mereka perlu berbakti kepada orang tua, tetapi di sisi lain membutuhkan pekerjaan yang bisa memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.

 

4. Extended Open-Faced Sandwich

Pada tipe Extended Open-Faced Sandwich, di samping membiayai orang tua, seseorang yang terjebak dalam jenis generasi sandwich juga harus membiayai kebutuhan saudara-saudara kandungnya.

 

5. The Club Sandwich Generation

Umumnya, terdapat dua rentang usia yang termasuk ke dalam kategori ini. Pertama, mereka yang sudah berusia 50 sampai 60 tahun yang harus mencukupi kebutuhan orang tuanya yang sudah lansia serta anak-anaknya. Tak jarang mereka juga harus menanggung kebutuhan cucunya sendiri. Kedua, mereka yang berusia 30 sampai 40 tahun. Selain menanggung anak-anaknya yang masih kecil dan beranjak dewasa, mereka juga harus menanggung beban orang tua serta tak jarang kakek neneknya.

 

Seperti yang kita ketahui, masyarakat kawasan Asia umumnya memiliki budaya kolektif dan hidup dalam kelompok besar. Oleh karena itu, generasi sandwich jenis ini kemungkinan akan lebih sering ditemui di lingkungan sekitar.

 

Dampak Sandwich Generation

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, seseorang yang berada di fase sandwich generation dibebankan dengan biaya hidup dua generasi sekaligus. Yang pertama adalah beban untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anaknya sendiri seperti biaya hidup sehari-hari, cicilan kendaraan, dan lain-lain. Kedua, ia juga harus mencukupi kebutuhan orang tuanya sendiri seperti biaya rumah sakit, cicilan rumah, dan lain-lain.

 

Karena tekanan yang berasal dari dua sisi sekaligus, tak heran jika hal ini akan memicu datangnya masalah lain, mulai dari terganggunya pekerjaan, kehidupan sosial, sampai konflik rumah tangga. Bahkan, bukan tidak mungkin bahwa seseorang yang berada di fase sandwich generation akan mengalami depresi berat hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

 

Tak sampai di situ, sandwich generation pun kerap kesulitan mengatur finansial mereka karena uang mereka habis untuk membiayai orang lain. Maka dari itu, apabila Anda merasa sudah masuk ke dalam rantai generasi sandwich, Anda perlu berusaha lebih keras lagi dalam mengatur keuangan rumah tangga.

 

5 Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Mengingat dampak sandwich generation yang dapat berimbas pada finansial dan keadaan psikologis seseorang, tentu Anda tidak ingin jika rantai sandwich generation akan diteruskan oleh anak-cucu Anda, bukan?

 

Oleh karena itu, memutus rantai sandwich generation menjadi penting. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghentikan “warisan” sandwich generation dalam keluarga.

 

1. Kelola Finansial dengan Baik

Mengelola finansial dengan baik memang tidak semudah membalik telapak tangan. Meski demikian, Anda tetap bisa merencanakannya dengan baik.

 

Caranya, pertama-tama lakukan pencatatan terhadap tiap pengeluaran per bulannya. Dari pencatatan tersebut, Anda pun jadi mengetahui pos pengeluaran apa saja yang harus dijadikan prioritas utama dan pengeluaran mana saja yang bisa dihemat dalam anggaran keuangan.

 

Setelah membuat prioritas, Anda pun jadi bisa memprediksi berapa uang yang harus dikeluarkan untuk bulan depan. Hal ini akan sangat membantu Anda agar tidak keteteran membayar kebutuhan rumah tangga.

 

2. Hindari Utang Konsumtif

Setelah mengelola keuangan dengan baik, hal berikutnya yang harus Anda lakukan adalah menghindari utang, khususnya yang bersifat konsumtif seperti membeli barang mewah.

 

Utang merupakan salah satu beban dan penyebab utama yang menimbulkan rantai sandwich generation. Pasalnya, banyak anak yang harus menanggung beban utang yang ditinggalkan oleh orang tuanya di masa lalu.

 

Oleh karenanya, di samping mengelola uang yang dimiliki, Anda juga harus mampu mengatur pola konsumsi agar tidak menyebabkan utang konsumtif yang berdampak buruk terhadap kondisi finansial dalam jangka panjang.

 

3. Siapkan Dana Pensiun

Salah satu cara terampuh dalam memutus rantai sandwich generation adalah dengan mempersiapkan dana pensiun. Oleh karena itu, persiapkanlah dana pensiun sedini mungkin. Hal ini penting untuk dilakukan agar Anda tidak membebani generasi selanjutnya di masa depan. Anda pun akan lebih siap secara finansial dan bisa menghabiskan masa tua dengan lebih tenang.

 

Sebetulnya, jumlah ideal dana pensiun bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Oleh karena itu, target dana pensiun sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan biaya hidup masing-masing agar bisa mencapai financial freedom.

 

4. Cari Penghasilan Sampingan

Cara keempat yang dapat dilakukan untuk memutus warisan generasi sandwich adalah dengan mencari penghasilan tambahan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menambah penghasilan, misalnya dengan bekerja secara freelance saat weekend. Manfaatkanlah skill yang sudah Anda kuasai untuk mencari klien.

 

Selain bekerja lepas, Anda juga dapat memanfaatkan aset berlebih yang telah dimiliki tanah. Daripada tanah tersebut tidak terpakai, ada baiknya jika tanah tersebut disewakan sehingga Anda bisa mendapatkan penghasilan pasif.

 

5. Siap Sedia Dana Darurat dan Asuransi

Dana darurat dan asuransi dapat Anda rasakan manfaatnya di masa depan. Apalagi, saat sandwich generation harus menanggung biaya saat orang tuanya masuk rumah sakit. Hal ini disebabkan mereka tidak menyiapkan asuransi ataupun dana darurat di masa lalu.

 

Jika tidak memiliki asuransi dan dana darurat, maka kondisi ini akan menyebabkan masalah finansial seperti berhutang. Terlebih, biaya perawatan rumah sakit tentu membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga generasi berikutnya harus menanggung biaya ini.

< All Blog

Butuh bantuan?

Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.

Lihat Solusi