Untuk menjalani sebuah bisnis saat ini tidak lagi harus membutuhkan modal yang banyak bahkan bisa dimulai dengan modal 0 rupiah. 

an image

 

Reseller dan dropshipper, keduanya merupakan istilah yang tidak asing lagi di masa kini. Menjadi seorang reseller atau dropshipper bisa menjadi salah satu cara yang tepat bagi yang ingin memulai usaha secara online.

 

Era digital saat ini merupakan suatu zaman yang memberikan banyak peluang terutama dalam proses bisnis. Kemajuan internet mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam dunia bisnis online. 

Baca Juga:
Perbedaan Customer, Consumer, dan Client
Inilah Jobdesk Supervisor yang Perlu Anda Ketahui
Surplus vs Defisit Bagi Perekonomian
6 Faktor Pengaruh Tingkat Konsumsi Masyarakat

 

Para pelaku bisnis online pun tidak hanya dibatasi untuk sebagian kalangan besar saja, namun semua kalangan juga dapat menjalani peran sebagai pelaku bisnis online.

 

Baca Juga : Yuk, Buka Bisnis Usaha Kebersihan Laundry yang Menguntungkan!

Baca Juga:
Perusahaan rintisan tawarkan bantuan laporan pajak
Bantu Pemerintah, Startup Ini Tawarkan Jasa Penghitungan Pajak
Platform Konsultanku Optimistis Dorong Penerimaan
Mau tau cara menghemat pajak bisnis kamu?

 

 

Lantas Apa Itu Reseller dan Dropshipper? Apa Perbedaan Diantara Keduanya?

Walaupun kedua usaha tersebut terdengar sama, yaitu dengan cara menjual kembali produk yang diambil dari supplier dengan atau tanpa modal, namun keduanya ternyata memiliki perbedaan dari segi proses penjualan hingga modal usaha yang dibutuhkan untuk memulai bisnis tersebut. Secara umum, kedua hal tersebut memang sama-sama memberikan keuntungan, namun belum banyak yang mengetahui secara detail apa saja yang menjadi perbedaan di antara keduanya. Berikut ini adalah perbedaan antara reseller dan dropshipper, sebagai berikut:

 

Reseller adalah seorang yang menjual kembali produk-produk dari produsen atau supplier. Menjadi reseller harus membeli dan membuat stok produk di tempatnya sendiri baru kemudian menjualnya kepada konsumen dan pengiriman produk pun akan dilakukan langsung oleh pihak reseller. Menjadi reseller tentunya memiliki keuntungan yang berbeda dengan menjadi seorang dropshipper. 

 

Keuntungan menjadi seorang reseller di antaranya adalah seorang bisa dengan bebas menentukan harga jual yang akan diterapkan pada produk mereka. Menjadi reseller juga bisa secara langsung menawarkan dan menjual produk mereka kepada teman atau melalui media sosial. 

 

 

Dengan demikian, seorang reseller bisa dengan bebas menentukan konten apa saja yang akan ditampilkan pada halaman jualan mereka, bebas untuk menentukan bahasa dalam memberikan informasi, atau bebas menentukan gaya dan cara untuk menawarkan dan menjual produknya.

 

Keuntungan menjadi reseller lainnya adalah seorang reseller bisa memahami produk apa yang akan mereka jual karena melihat dan memegang produknya secara langsung, bukan hanya berdasarkan pada foto atau video yang ditampilkan saja.

 

Berbeda dengan dropshipper, dimana mereka menjual barang dari produsen atau supplier tanpa harus membuat stok produk. Dropshipper menjadi pihak ketiga yang bekerjasama dengan seorang produsen atau supplier untuk menjual produk mereka. Dengan kata lain, seorang dropshipper hanya menjadi perantara di antara keduanya saja.

 

Keuntungan menjadi seorang dropshipper akan ditentukan oleh produsen atau supplier dari produk yang dijual. Oleh karena itu, profit atau keuntungan yang nantinya akan diperoleh oleh seorang dropshipper tidak akan sebesar keuntungan yang diperoleh oleh seorang reseller. Namun baik reseller ataupun dropshipper tentu memiliki resiko yang berbeda.

 

Baca Juga : Yuk, Memulai Bisnis Kaos Online dari Rumah!

 

Ketika ada pemesanan, seorang dropshipper akan meneruskan pembelian tersebut kepada supplier agar barang dapat dikirimkan ke konsumen. Pengiriman barang akan dikirimkan oleh supplier dengan atas nama seorang dropshipper tersebut.

 

Sehingga dropshipper tidak perlu repot untuk menyiapkan proses pengiriman barang dan pusing memikirkan sisa stok produk karena semuanya dikelola oleh pihak produsen atau supplier.

 

Perbedaan di antara keduanya pun terdapat pada modal yang diperlukan ketika akan menjalani bisnis tersebut. Untuk menjadi seorang reseller, diperlukan modal yang cukup untuk bisa memiliki stok barang yang nantinya akan dikirimkan kepada calon konsumen. 

 

Sedangkan untuk menjadi dropshipper tidak membutuhkan modal, karena seorang dropshipper hanya perlu mempromosikan dan menjual barang produsen/supplier tanpa membutuhkan stok barang.

 

Namun biasanya seorang supplier akan menerapkan diskon atau potongan harga kepada calon reseller mereka, sehingga supplier akan membeli barang tersebut lebih murah dibandingkan harga asli yang diterapkan oleh seorang produsen/supplier kepada konsumen secara langsung. 

 

Keuntungan lainnya sebagai dropshipper adalah dimana seorang dropshipper tidak ada kata rugi apabila produk tidak terjual, dan bebas dari catatan produk dan pembukuan.

 

Baca Juga : Peluang Side Hustle, Bisnis Coffee Shop!

 

 

Kewajiban Seorang Reseller dan Dropshipper

Untuk menjalani sebuah usaha baik itu menjadi seorang reseller atau dropshipper yang tanpa membutuhkan modal usaha, sebagai pelaku usaha tetap diwajibkan untuk menjalani kewajibannya dalam perpajakan. Jika seorang reseller atau dropshipper dengan badan usaha berbentuk PT atau CV maka kewajibannya adalah:

 

  1. Kewajiban PPh 21 atas pembayaran kepada karyawan usaha

Reseller/dropshipper yang mempunyai karyawan wajib melaporkan PPh 21, dilaporkan setiap bulan, dan kalau ada pajak yang harus dipotong wajib disetorkan.

  1. Kewajiban PPh 23 atas pembayaran jasa (misalnya kerjasama dengan badan usaha lainnya)

Reseller/dropshipper yang bertransaksi dengan pihak lain seperti membayar atas jasa, maka harus memotong dan melaporkan PPh 23.

  1. Kewajiban PPh Pasal 4 Ayat 2 atas pembayaran sewa

Jika usaha reseller/dropshipper tersebut menyewa tempat dari pihak lain, maka harus memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 dan Lapor SPT PPh tersebut.

  1. Wajib memberikan bukti potong kepada pihak-pihak yang pajaknya sudah dipotong

  2. Kewajiban pajak penghasilan usaha badan (jika berbentuk badan usaha) atau pajak penghasilan usaha orang pribadi (jika dijalankan usaha perorangan). Pajak penghasilan ini bisa dihitung dari omzet dan dibayarkan bulanan atau dihitung dari keuntungan bersih usaha yang dibayar secara tahunan.

  3. Wajib memungut PPN kalau omset dari bisnis reseller/dropshipper lebih dari 4,8 milyar rupiah setahun. Seorang reseller/dropshipper wajib membuat faktur pajak, melaporkan SPT PPN dan menyetorkan PPN tersebut.

 

Baca Juga : 50+ Ide Bisnis Rumahan Online 2021: Cukup dari Rumah!

 

Jika seorang reseller atau dropshipper tanpa badan usaha berbentuk PT atau CV maka kewajibannya akan berbeda dengan reseller dan dropshipper yang berbentuk badan. Maka kewajibannya akan sebagai berikut:

 

  1. Kewajiban pajak penghasilan usaha badan (jika berbentuk badan usaha) atau pajak penghasilan usaha orang pribadi (jika dijalankan usaha perorangan). Pajak penghasilan ini bisa dihitung dari omzet dan dibayarkan bulanan atau dihitung dari keuntungan bersih usaha yang dibayar secara tahunan.

  2. Wajib memungut PPN kalau omset dari usaha menjadi seorang reseller atau dropshipper lebih dari 4,8 milyar setahun. Usaha tersebut wajib membuat faktur pajak, melaporkan SPT PPN dan menyetorkan PPN tersebut.

  3. Jika pemilik usaha reseller atau dropshipper ditetapkan oleh kantor pajak untuk memotong PPh 21, 23 dan lainnya maka kewajibannya akan sama seperti reseller/dropshipper dengan badan usaha.

 

 

Apa Saja Yang Harus Dilakukan Oleh Seorang Reseller dan Dropshipper?

Untuk menjadi seorang reseller atau dropshipper yang berhasil, harus memilih beberapa poin penting agar bisnisnya dapat berjalan dengan baik. Berikut ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan seseorang untuk bisa menjadi seorang reseller atau dropshipper yang berhasil, di antaranya:

 

  1. Menemukan supplier dan produk yang tepat

Sebelum Anda memulai untuk menjadi seorang reseller atau dropshipper, disarankan untuk bisa menemukan supplier dan produk yang tepat. Apakah produk tersebut layak untuk dijual atau tidak, apakah supplier tersebut sebagai supplier yang jujur dan amanah atau tidak.

  1. Melihat peluang pasar dan kompetitor

Sebagai seorang reseller Anda harus bisa melakukan analisis yang tepat, seperti melakukan analisis terhadap berapa banyak kompetitor yang akan dihadapi oleh anda ketika menjadi reseller dari produk yang akan anda jual

  1. Selalu melakukan update produk

Seorang reseller harus bisa secara konsisten dan disiplin dalam melakukan update informasi mengenai produk yang akan dijual agar konsumen dapat melihat dan mengetahui secara jelas terkait informasi suatu barang

  1. Menggunakan media online sebagai penjualan

Media online saat ini dinilai efektif untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan bisnis online. Dengan begitu, seorang reseller atau dropshipper dapat menjangkau konsumen secara lebih luas dan memberikan peluang yang tinggi terhadap penjualan produk mereka

  1. Memilih dan menentukan bisnis reseller atau dropshipper yang seperti apa, apakah bisnis yang berbentuk badan usaha atau perorangan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap beban pajak keduanya. Analisa ini dapat dilakukan oleh para ahlinya, yaitu oleh seorang akuntan atau konsultan pajak.

  2. Membuat pembukuan agar dapat menghitung pajak penghasilan secara akurat. Pembukuan dapat dilakukan oleh para ahli di bidang akuntansi, yaitu seorang akuntan yang telah tersertifikasi.

 

< All Blog

Butuh bantuan?

Berbagai Jasa Profesional Pajak, Akuntansi, Audit, dan Keuangan dari Ahli yang Berpengalaman di Konsultanku.

Lihat Solusi